BATIK BENTENAN
Kain Tenun Bentenan memang sedang naik daun.
Dulu, yang kebanyakan orang kenal hanya batik. Tapi kini, kain tenun Bentenan juga mulai menjadi
primadona di tingkat nasional. Bahkan, waktu penyelenggaraan WOC dan Coral
Triangle Initiative (CTI) Summit 2009 pada tanggal 11 hingga 14 Mei lalu, baju
dari kain tenun Bentenan juga menjadi perhatian para tamu. “Bahkan ada kain
Bentenan motif ikan coelacanth dan kekayaan laut Bunaken yang dipersiapkan
khusus untuk ajang internasional itu,” ujar Ketua Umum Yayasan Karema Ny. On
Markadi Tambuwun. Yayasan Karema yang berkantor di Desa Kolongan Sonder ini
adalah lembaga yang berupaya untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya
Minahasa.
Kain Bentenan bukan saja untuk keindahan
berpakaian. Kain ini juga bisa untuk lebih mendekatkan hubungan pertemanan atau
persahabatan. Sehingga, kini banyak yang juga menjadikannya sebagai oleh-oleh
untuk sahabat atau saudara yang datang ke Sulawesi Utara. “Kini kekhawatiran
sejumlah orang soal kurangnya oleh-oleh khas ’Nyiur Melambai’ tak perlu
ada lagi. Kain Bentenan telah menambah deretan souvenir asli Sulawesi Utara
yang layak disejajarkan dengan kain tenun dari Lombok, Bugis, Batik, dan daerah
lain,” begitu potongan ulasan sebuah situs yang memuat tulisan tentang
kain Bentenan ini.
Hingga sekarang ini Yayasan Karema telah berhasil mengkreasikan
produk tenunan kain Bentenan bermotif Kaiwu Patola, Tinonton Mata, Lengkey
Wanua, dan Pinatikan. Motif-motif ini mewakili suku-suku yang ada di Minahasa.
Motif-motif lain yang dihidupkan kembali oleh Yayasan Karema adalah Pinatikan
Bantik, Koffo Sangihe Talaud dan motif Sinoi.
Kain Tenun Bentenan asli sangat mahal
harganya. Sehingga yayasan ini juga telah memproduksi kain Bentenan dalam
bentuk print. Harganya tidak semahal kain tenun Bentenan asli. Tapi
bila dipandang sepintas keindahannya tidak jauh berbeda dengan yang asli.
Banyak orang suka yang memakainya. Lantaran, kain tenun Bentenan print juga
memiliki kekhasannya sendiri. Lembut dan bermotif keindahan alam yang khas di
Sulut.
Dari beberapa informasi yang berhasil
dirangkum Inspirator, disebutkan kain Bentenan aslinya memang
dari Minahasa. Nama jenis kain tenunan ini diambil dari sebuah desa Bentenan
yang terletak di pantai timur Minahasa. Di desa inilah menurut sejarah kain
tenun ini ditemukan. Ironisnya, di desa Bentenan tinggal satu dua orang yang memproduksinya.
Mereka, bahkan bukan lagi sebagai pemegang hak paten.
Aslinya ada tujuh macam
tenun Bentenan. Yaitu Tonilama, tenunan tanpa motif berwarna putih, Sinoi
tenun dengan benang berwarna-warni dan bergaris, Pinatikan yaitu tenun
tergaris, bermotif jala dan bentuk seni enam, Tinompak Kuda, tenun dengan
aneka motif berulang, Tinonton Mata tenun dengan hiasan motif manusia, Kaiwu
Patola tenun dengan motif geometris seperti patola dari India, dan Kokera tenun
dengan motif bunga-bunga bersulam manik-manik.
Beberapa catatan menyebutkan, kain tenun
Bentenan telah mulai dibuat sekitar abad ke-7. Ceritanya, waktu itu
telah ada tradisi membuat busana dengan menggunakan bahan-bahan dari serat
kulit kayu yang disebut fuya, diambil dari pohon Lahendong dan pohon
Sawukouw, Nenas serta Pisang, yang disebut koffo dan serat
Bambu disebut wa'u.
Nanti sekitar abad
ke-15, orang Minahasa mulai menenun dengan benang katun dan hasil tenunan
inilah yang dinamakan Kain Tenun Bentenan. Dari Desa Bentenan yang terletak di
Pantai Timur Minahasa Selatan inilah, kain tenun Bentenan pertama dibuat.
Ditemukan dan terakhir ditenun di daerah Ratahan pada tahun 1900.
Kain Tenun Bentenan
memiliki keunikan dalam pembuatannya. Penenun terbiasa membuat satu rol atau 32
lembar tanpa putus, untuk memisahkan tiap lembarnya ada jarak kosong beberapa
centi sebagai batas untuk memotong kain menjadi lembaran yang berukuran sekitar
2,80 m X 1,20 m. Keunikan lainnya, penenun juga selalu menggambar motif pada
hamparan benang yang akan ditenun. Dibutuhkan waktu sampai sebulan untuk
menyelesaikan 1 rol kain tenun Bentenan. Reproduksi kain Tenun Bentenan ini
tentu saja mendapat respons yang positif dari berbagai kalangan, bahkan
beberapa pejabat negara termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun pernah
mengenakan baju Tenun Bentenan ketika menghadiri acara di Manado.
Kain Bentenan yang asli bisa dilihat di Museum
Nasional, Jakarta, Museum Tropenmuseum, Amsterdam, Museum voor Land-en
Volkenkunde, Rotterdam, Museum fur Volkenkunde, Frankfurt-am-Main, Jerman,
Ethnographical Museum, Dresden, dan Indonesisch Ethografisch Museum. (data
dari berbagai sumber). tulisan ini pernah
dipublikasikan di Majalah Inspirator Edisi Juni 2009.